Pagi yang tenang. Aku melangkah menuju sekolah dengan penuh semangat.
Aku akan berjuang. Begitulah pikiranku. Semoga saja aku bisa melakukannya.
...Ini dia. Aku sudah berada di depan pintu kelas. Apa yang akan terjadi apabila aku masuk ke dalam sana.
"Ng...?" aku kaget, tiba-tiba anak-anak yang kemaren memarahiku membuka pintu kelas.
"Wah, wah. Kenapa tidak masuk saja?" tanya salah satu dari mereka.
Aku harus menjawab apa?
"Sini! Ikut kami!" mereka menarikku dengan paksa.
"Ah, mau apa?!" tanyaku.
"Diam kamu!" mereka membawaku ke belakang gedung sekolah.
Kenapa harus di tempat sepi? Mereka mau apa?
"Aku lihat" kata Emi, ketua dari mereka
"Li-lihat apa?" tanyaku gemetaran
"Jangan berlagak bodoh!" dia mendorongku hingga jatuh
"Kya! A-apa? Aku salah apa?"
"Pakai nanya lagi. Kemaren kamu pulang bareng Riki, kan?"
"...Riki yang mengajakku..." jawabku lirih
"Kamu! Bisa-bisanya bohong!" dia menendangku
"A-aku nggak bohong!" teriakku
"A-apaan sih? Jangan pasang wajah begitu!"
Saat Emi hendak menamparku, tiba-tiba Riki datang.
"Apa-apaan ini?" dia bertanya dengan wajah marah
"Ri-Riki?!" mereka semua kaget
"Kalian bilang apa saja ke Kanna?"
"Ah, enggak! Tadi kami hanya mengajaknya buat pergi ke mall sehabis pulang sekolah" Emi menjawab tanpa beban
"Kenapa tidak di kelas saja?"
"Eh, itu...." mereka mulai kebingungan
"Aku tanya ke teman yang lain, katanya kalian menarik Kanna yang mau masuk ke kelas. Itu maksudnya apa?"
"Ugh.... Kami hanya ingin melindungi Riki kok!" Emi mengatakannya dengan serius
"Melindungi? Dari apa?"
"Cewek itu lah" dia menunjuk ke arahku.
Aku hanya diam. Menatap Riki dengan bertanya-tanya, apa yang akan dia lakukan?
"Memang Kanna kenapa?" Riki mendekatiku
"Di-dia hanya lihat kekayaan Riki!"
Eh, kenapa? Aku nggak pernah berpikiran begitu. Waktu suka sama Riki, aku benar-benar nggak tau kalau Riki anak orang kaya. Aku hanya tau kalau Riki itu baik, pintar. Tapi..., kalau aku bilang begini pasti mereka tidak percaya lagi.
"Itu bukannya kalian?"
"Ka-kami?"
"Kanna... dia bukan cewek yang seperti itu. Aku percaya itu!"
"A-aku juga be..."
"Kalian jangan bohong. Aku pernah mendengar kalian bicara tentang uang ini uang itu" Riki memotong pengakuan Emi
"Ta-tapi! Aku suka Riki!" tiba-tiba Emi berkata begitu
TENG! TENG! TENG!
"Ah, sudah bel. Ayo ke kelas" Riki mengajakku
"...Ng" aku meninggalkan Emi dan teman-temannya.
Walau sudah jauh, aku masih bisa mendengar... suara Emi yang sedang menangis. Aku ingin menanyakannya pada Riki. Tapi entah kenapa aku tidak sanggup. Punggung Riki yang berada di depanku tampak begitu jauh.
... TO BE CONTINUED ...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment