Wednesday, January 13, 2010

TRIANGLE LOVE ~story 1~

"Jangan dekati dia lagi, jelek!"
Kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku. Entah apa yang salah, sepertinya nggak ada yang suka aku dan Riki pacaran. memang dipikir bagaimana pun aku dan Riki jaraknya terlalu jauh. Dia benar-benar anak konglomerat. Sedangkan aku, ibuku kerjanya nggak tentu. Ayah juga sudah meninggalkan aku dengan ibu. Hidupku susah.
"DOR!"
"..!!", aku kaget.
Aku tengok ke arah orang yang mengagetiku tadi, "Mia! Apa-apaan, sih?", aku marah.
"Salah Kanna sendiri, nglamun nggak jelas gitu.", jawab Mia yang langsung duduk di sebelahku.
"...Aku kepikiran, nih." ucapku murung.
"Soal omongan anak sekelas?", tanya Mia dengan wajah bertanya-tanya.
Aku hanya mengangguk dengan arti iya.
Suasana hening sejenak. Angin bertiup kencang di lapangan sekolah yang sepi ini. Rambut panjangku tertiup angin hingga menutupi mataku. Daun-daun jatuh dari tangkainya disambut oleh tanah. Mungkin hatiku juga begitu, nggak karuan seperti daun yang sudah jatuh berantakan di tanah dan akhirnya pasti dibuang.
Aku berpikir apa yang akan dilakukan Riki bila ada temannya yang menyuruhnya menjauhi aku. Tapi mungkin nggak ada yang berkata seperti itu pada Riki. Toh semua orang mengira aku yang menyatakan perasaan duluan ke Riki. Ada juga yang bilang kalau aku pake dukun-dukun segala. Padahal Riki dulu yang bilang suka, kok. Yah, memang nggak ada yang percaya kecuali Mia....
"Kanna bodoh!", tiba-tiba Mia berdiri dan mengataiku.
"Hah?"
"Iya! Kamu harusnya jangan kemakan omongan mereka. Percaya aja ke Riki. Dia suka kamu, kan?"
"Ah, I-iya...", jawabku lirih.
"Iih, apaan tuh muka? Jelek tau. Hehe."
"Hehe. Maaf, maaf."
Hmm, aku tau Mia berusaha menghiburku. Tapi..., sepertinya aku masih saja tidak tenang.
"Pulang, yuk." ajakku.
Kami berjalan keluar menuju gerbang sekolah. Entah ini mimpi atau kenyataan. Tapi aku lihat Riki di depan gerbang sekolah. Dia sepertinya sedang menunggu seseorang.
"Ah, Kanna!" dia berlari menuju ke arahku.
"Wah, Kanna aku duluan, ya. Bye bye!" tiba-tiba Mia memutuskan untuk pulang sendiri.
"...Ha-hai." aku menyapa Riki tanpa melihat ke arahnya. Aneh,ya?
"Kamu...kenapa?"
"Eh?"
"Akhir-akhir ini kamu menjauhiku. Kenapa, sih?"
Aku baru sadar, sejak mereka mengataiku begitu aku jadi menjauh dari Riki dengan sendirinya.
"A-ah, masa? Perasaan Riki mungkin? Ehehe." jawabku dengan senyum.
"...Ng, mau pulang bareng nggak?" ajak Riki dengan wajah tersipu malu.
"I- iya iya. Mau." jawabku riang.
Mungkin Mia benar. Aku harus lebih mempercayai Riki. Aku juga harus jadi tegar. Mulai besok aku akan mencoba lebih berani lagi. Aku tidak akan kemakan omongan mereka.


... TO BE CONTINUED ...

No comments:

Post a Comment