Dia melihatku. Melihatku menangis. Benar-benar memalukan. Aku tidak bisa berdiri. Rasanya kaku.
“Mereka bicara apa lagi?”
“Eh?”
Mereka itu maksudnya Emi dan teman-temannya? Kalau ditanya begini, aku harus menjawab apa?
“…Riki, nggak suka…aku, kan?” kata-kata ini keluar begitu saja dari mulutku.
“Mereka bilang begitu, ya?”
“Aku tanya! Riki… Riki nggak suka, kan?!” aku mengatakannya tanpa melihat ke arah Riki
“Eh?”
“Aku…padahal banyak yang lebih baik daripada aku. Kenapa aku? Kenapa aku yang Riki pilih?!”
Aku nggak bisa menahan air mata ini lagi. Biarkan aku menangis. Biarkan aku bebas. Aku tidak ingin mereka melihatku dengan mata seperti itu!
“…putus.”
“A-apa…? Kanna bilang apa, sih?”
“Aku nggak ingin begini. Aku mohon, tinggalkan aku…”
Mungkin ini yang terbaik, ya? Mereka pasti tidak akan melihatku dengan tatapan mengerikan itu lagi.
“Kanna… tidak peduli dengan perasaanku…?”
“…?” aku mengangkat kepalaku. Melihat Riki. Kenapa wajah sedih itu?
Riki berjalan meninggalkanku. Benar-benar, deh… menyedihkan.
"Kanna!!!"
Mia? Dia mencariku?
“Tadi aku lihat Riki lari dari arah sini. Wajahnya aneh sekali."
Ah, Riki marah, ya? Gara-gara apa? Riki nggak suka aku, kan?
“Kanna kenapa menagis?" Mia duduk di sebelahku. Melihatku dengan wajah cemas.
“…Aku sudah putus…”
“Eh?! Siapa yang minta putus?"
"...Aku..."
"Ka-Kanna..."
"Nggak bisa... Aku nggak bisa begini. Percuma kalau Riki nggak suka aku!"
"Siapa yang bilang kalau Riki nggak suka Kanna?!"
"Eh?"
"Bukan Riki, kan? Buktinya dia bilang suka ke Kanna."
…Benar juga. Tepat satu minggu Riki bilang suka ke aku. Aku ingin mempercayai itu. Tapi aku tidak suka sikap mereka kepadaku. Nggak tahan.
“Sudahlah. Ini… lebih baik.” Aku meneteskan air mata lagi.
“Kanna…”
Hilang. Daun-daun yang berguguran itu sudah hilang terbakar. Sama dengan hatiku. Kebahagiaanku yang hanya sesaat. Aku tidak ingin mengingatnya lagi. Hari dimana kata ‘suka’ diucapkannya…
… TO BE CONTINUED …
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment